Kamis, 26 November 2009

Portongan Primal Karkas Domba dan Yield gradenya

Pengamatan terhadap karkas domba meliputi bobot hidup, karkas dan persentasenya, warna daging, warna dan tebal lemak, marbling, luas udamaru, persentase lemak pelvis dan ginjal. 

Bobot Potong, Bobot Karkas dan Persentase Karkas 
           Hasil penghitungan persentase karkas sejalan dengan hasil pengukuran terhadap pengukuran bobot potong (bobot hidup) dan bobot karkas karena persentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup saat dipotong (dikurangi isi saluran pencernaan dan urine) dikali dengan 100% (Judge et al., dalam Usmiati dan Roswita, 2006). Berdasarkan hasil pengamatan, persentase karkas domba hanya 20,93% jauh lebih kecil dibandingkan dengan persentase karkas normal 40%. Hal tersebut dibenarkan oleh hasil penelitian Usmiati dan Roswita (2006) yang memperoleh persentase karkas 44,18 % pada domba jantan dan 43,01% pada domba betina yang memiliki bobot potong 25,80 kg dan 25,13 kg. Kemungkinan besar hal ini disebabkan penyusutan bobot karkas panas dan managemen pakan yang kurang bagus. Karkas yang diamati sudah dibekukan terlebih dulu dalam jangka waktu tertentu. Pakan yang diberikan diduga mengandung energi tinggi sehingga menghasilkan lemak lebih banyak, dan lemak tersebut telah dipisahkan dari karkasnya. Menurut Berg dan Butterfild (1976), persentase karkas dipengaruhi oleh bobot karkas, bobot ternak, bangsa, proporsi bagian-bagian non karkas, ransum, umur, dan jenis kelamin.
            Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi karkas seekor ternak adalah bangsa, umur, jenis kelamin, laju pertumbuhan, bobot potong, dan nutrisi (Berg dan Butterfield, 1976). Bangsa ternak yang mempunyai bobot potong besar menghasilkan karkas besar pula. Soeparno (1994) menyatakan bahwa bobot potong yang semakin meningkat menghasilkan karkas yang semakin meningkat pula, sehingga dapat diharapkan bagian dari karkas yang berupa daging menjadi lebih besar. Speedy (1980) menyatakan bahwa bertambahnya umur ternak yang sejalan dengan pertambahan bobot hidupnya, maka bobot karkas akan bertambah. Jenis kelamin mempengaruhi persentase karkas karena menyebabkan perbedaan laju pertumbuhan, ternak jantan biasanya tumbuh lebih cepat daripada ternak betina pada umur yang sama (Soeparno, 1994) sehingga ternak jantan memiliki persentase karkas lebih besar dibandingkan ternak betina. Ternak yang status gizinya baik, mendapat pakan dengan kandungan energi tinggi akan menghasilkan karkas yang lebih berlemak daripada pakan dengan energi rendah.

Potongan Primal Karkas Domba
          Potongan primal karkas domba (gambar 1) meliputi paha (leg), pinggang (loin), punggung rusuk (rack), bahu (shoulder), leher (neck), dada (breast), lipatan paha (flank), dan lengan (shank).  

Gambar 1. Struktur potongan primal karkas domba

         Cara pemotongan karkas ditentukan oleh spesies ternak dan selera konsumen. Paha dan sirloin dipisahkan dengan memotong tegak lurus melalui columna vertebralis pada titik tepat dibagian anterior ilium. Loin dipisahkan dengan potongan antara rusuk ke 12 dan ke 13, kemudian tegak lurus melalui columna vertebralis. Bagian dada dan paha depan (shank) dipisahkan dengan karkas dengan memotong anterior sternum bagian ventral rusuk ke 12 atau sampai ke dinding abdominal. Bagian shoulder dipisahkan dari rusuknya umumnya dibuat potongan antara rusuk ke 5 atau ke 6 (Soeparno, 1994). 
 Persentase potongan komersil karkas domba terbesar terletak di leg dan shoulder. Kedua bagian itu masuk ke dalam evaluasi dalam menentukan kualitas daging ternak dari fisik luar karena daerah tersebut memiliki proporsi daging cukup banyak. Sedangkan persentase dada hanya 9,30%, sehingga tidak dibenarkan jika seseorang menilai kualitas karkas ternak yang masih hidup dengan mengamati dan menilai dada ternak tersebut. Leg, shoulder dan rack pada gradenya termasuk ke dalam kelas II. Loin dan terderloin termasuk golongan I yang umumnya digunakan sebagai steak dan barbeque. Daging kelas I merupakan komponen karkas yang memiliki harga yang cukup tinggi karena paling empuk. Keempukan ini disebabkan antara lain oleh faktor aktivitas masing-masing bagian karkas. Daging tersebut berasal dari bagian karkas yang relatif tidak banyak digunakan untuk bergerak. Selain itu bagian karkas ini memiliki tingkat marbling yang paling baik dibandingkan karkas bagian lainnya. Breast, flank, dan shank masuk golongan III yang umumnya digunakan sebagai rendang.
           Menurut Kempster (1982), nilai komersial dari karkas pada umumnya tergantung pada ukuran, struktur dan komposisinya, dimana sifat-sifat struktural karkas yang utama untuk kepentingan komersial tersebut meliputi bobot, proporsi jaringan-jaringan karkas, ketebalan lemak, komposisi kimia serta penampilan luar dari jaringan tersebut serta kualitas dagingnya. Beerman et al., (1986) menyatakan bahwa bobot potongan karkas komersial dipengaruhi oleh bobot karkasnya. Jenis kelamin berpengaruh terhadap pertumbuhan lemusir (loin), punggung rusuk (rib), dan leher (neck). Pada domba jantan, otot pada bagian shoulder, leg, loin, dan breast mengalami masak dini sehingga pertumbuhannya relative cepat dibandingkan dengan potongan bagian tubuh.

Yield Grade
         Yield grade lebih objektif dari nilai-nilai kualitas karena pengukuran langsung dari karkasnya. Yield grade yang digunakan untuk mengidentifikasi karkas. Faktor yang diperhitungkan dalam memperkirakan jumlah daging yang dihasilkan dari suatu karkas atau kualitas hasil untuk daging sapi meliputi :
1. Ketebalan lemak subkutan, dalam inci
2. Luas area mata rusuk (area Longissimus dorsi), dalam inci kuadrat
3. Persen lemak viseral yaitu lemak ginjal (penyelubung ginjal), pelvik dan jantung terhadap berat karkas
4. Berat karkas dalam pound
Untuk domba, faktor kualitas hasil meliputi :
1. Ketebalan lemak subkutan, dalam inci 
2. Persen lemak penyelubung ginjal dan pelvik terhadap berat karkas
3. Kode skor konformasi paha, diberi angka 15 untuk yang tertinggi, kemudian 14, 13 dan seterusnya (Rusianto, 2009)
        Ketebalan lemak subkutan diukur pada permukaan rea otot Longissimus Dorsi (LD) (Gambar 2), pada posisi pemisahan seperempat depan dan seperempat belakang dari karkas. Pengukuran ketebalan lemak subkutan dilakukan tegak lurus permukaan lemak, diposisi tiga perempat bagian sumbu panjang otot LD. Estimasi persentase jumlah lemak ginjal dan pelvik dilakukan secara objektif dengan mengambil lemak di kedua daerah tersebut dan menimbangnya. Persentase lemak ginjal dan pelvik (LPG) turut mempengaruhi karena LPG menunjukkan tingkat kematangan ternak. Semakin banyak LPG menunjukkan ternak akan semakin matang dan proporsi lemaknya semakin tinggi (Rusianto, 2009).. 
            Luas area LD yang dinyatakan dalam inci, diestimasi secara subjektif dengan mengukur menggunakan gambar titik-titik beraturan membentuk sebuah kotak segi empat. Berat karkas dapat didasarkan pada berat segar atau estimasi berat karkas yang dihitung dari berat karkas layu (dingin) x 1,02. Penyusutan berat karkas selama pelayuan (sampai sekitar 24 jam setelah pemotongan) diestimasikan sekitar 2% (Rusianto, 2009). 

   
Gambar 2.Penampang daerah antara rusuk 12-13

          Penghitungan kualitas hasil pada sapi yaitu jumlah daging yang dihasilkan dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut : 2,50 + (2,50 x ketebalan lemak) + (0,20 x persen lemak ginjal dan pelvik) + (0,0038 x berat karkas) – (0,32 x luas area LD). Sedangkan untuk ternak domba, persamaan kualitas jumlah daging adalah : 1,66 + (6,66 x ketebalan lemak) + (0,25 x persen lemak ginjal dan pelvik) – (0,05 x kode skor konformasi paha). Hasil perhitungan yield grade dibulatkan kebawah. Tingkat (jumlah) daging yang dapat dimakan diestimasi dan dinilai dari angka 1 sampai 5 (Rusianto, 2009). Karkas dengan angka kualitas hasil terendah menghasilkan daging dengan jumlah tertinggi. Hasil perhitungan yield grade pada pengamatan yaitu 0,04 berdasarkan bobot karkas segar dan 0,04 berdasarkan estimasi berat karkas yang dihitung dari berat karkas layu (dingin), namun hal itu masih menunjukan nilai yield grade di bawah 1. Nilai yield grade dibawah 1 tidak masuk ke dalam grade yang telah ditetapkan (tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa domba mampu memproduksi daging dalam jumlah tinggi.
  Tabel 3. Yield Grade Karkas
                Yield Grade  % boneless Retail Cuts
 
1        52.6 - 54.6 
2         50.3 – 52.3
3         48.0 – 50.0
4         45.7 – 47.7
5         43.3 – 45.4






Minggu, 22 November 2009

SOSIS Vs Meat Loaf


SNI 01-3020-1995 :
Sosis adalah produk makanan yang diperoleh dari campuran daging halus (mengandung daging tidak kurang dari 75%) dengan tepung atau pati dengan atau tanpa penambahan bumbu-bumbu dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan dan dimasukan ke dalam selongsong sosis.
Meatloaf adalah sejenis sosis namun dalam pembuatannya meatloaf tidak dimasukkan dalam casing, hanya dalam loyang dan di oven. Meatloaf Nanas adalah meatloaf yang telah diinovasi dengan pemberian toping nanas.  Nanas cukup potensial digunakan sebagai toping untuk kreasi meatloaf karena kandungan bromelinnya. bromelin ini dapat mengenyalkan daging yang keras, karena sifatnya menghancurkan daging. Berikut adalah gambar meat loaf nanas yang diangkat dari oven.

Berikut hasil penilaian organoleptik meat loaf nanas yang ditunjukkan dalam diagram batang.
Tepat jam 06.00 WIB mataku terbangun dari tidurnya, melihat suasana masih gelap aku pun memejamkan mataku kembali dan berniat untuk bangun tepat jam 07.00 WIB. Tepat jam 7 mataku terbuka kembali dan bergegas menuju kamar mandi seraya bersiap-siap untuk datang ke seminar teman jam 8. Berangkant dengan menggunakan ojek menuju ke fakultas aku. Motor mendarat di depan fakultas peternakan, dan akupun segera berlari menyusuri anak tangga menuju ruang seminar di lanti 4. Namun baru dilantai 3 aku bertemu dengan teman kelas yang juga telat dan tidak dapat mengikuti seminar karena pintu seminar telah terkunci. Aku duduk di bangku sebentar untuk mengistirahatkan badanku yang kelelahan menaiiki tangga.

sambil menunggu semiar sesi berikutnya kuputuskan nongkrong di kantin nays sambil mengisi perut. Aku turun kembali ke lantai dasar menuju nays cafe. Di nays aku bertemu dengan 2 temen kelasku yang juga telat. Aku segera memesan makanan dan mengambil tempat duduk bersama kedua temen kelasku itu. sekitar 2 jam kita bertiga ngobrol ngalor ngidul tentang teman-teman kita. Terbersit dipikiranku,, ternyata untuk memahami dan mengetahui karakter orang lain termasuk kedua teman yang berada didepanku saat itu.



Jumat, 20 November 2009

Sikap Berkomunikasi

Sikap Berkomunikasi
Sikap berkomunikasi merupakan komponen yang terkait pada diri komunikator yang menentukan keberhasilan dan keefektifan komunikasi. Sikap berkomunikasi yang dibawakan seseorang dalam berkomunikasi dapat meningkatkan atau melemahkan suatu hubungan antar orang. Beberapa sikap dalam berkomunikasi yaitu : asertif, submisif, dan agresif.
1. Asertif merupakan cara penyampaian gagasan secara terbuka. Sikap ini dicirikan dengan berani, positif, dan enuh keyakinan dengan segala sesuatu yang dilakukan atau dikatakan yakni berani memperahankan hal-hal yang benar secara keyakinan.
2. Submisiif merupakan suatu sikap yang selalu mengiyakan segala permintaan orang lain atau kecenderungan menyetujui pendapat orang lain tanpa megemukakan pendapat sendiri atau ragu-ragu dalam berbicara atau bertindak. Sikap ini menunjukkan orang yang bernampilan lemah tak berdaya serta menempatkan diri dalam posisi subordinat karena kekahwatiran memperoleh hal-hal yang tidak mengenakan, seperti reaksi-reaksi negatif dari lawan komunikasinya.
3. Agresif merupakan sikap berperilaku dogmatis, sering megadili orang lain dan terkadang menyerang orang lain secara personal. Orang ini cenderung bertindak negatif dan merasa bermusuhan dengan orang lain, memaksakan pendapatnya pada orang lain, merasa superior dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Social power yaitu potensi untuk merubah sikap, keyakinan, kepercayaan, dan perilaku orang lain. Social power diperlukan supaya orang dapat bersikap tegas pada dirinya sendiri. Menurut French dan Roven dalam Verdeber (1973) terdapat 5 jenis social power meliputi :
1. Coercive Power merupakan bentuk kekuasaan mengancam, dengan menggunakan paksaan baik fisik maupun psikologis. Seseorang menjadi asertif karena dia diintimidasi oleh orang yang memberikan ancaman.
2. Reward Power yakni potensi untuk merubah perilaku seseorang dengan meberikan keuntungan-keuntungan yang bersifat fisik, psikologis, dan uang. Dalam hal ini orang tidak asertif karena dia khawatir kehilangan reward jika bersikap tegas.
3. Legitimate Power ialah kekuasaan yang diperolehnya karena ia menduduki posisi tertentu dalam sistem sosial. Kedudukan ini dapat membuat orang tidak tegas.
4. Expert Power is a kekuasan yang dimiliki seseorang karena memeliki pengetahuan dalam ilmu disiplin tertentu. Orang cenderung tidak membantah apa yang dikatakannya karena dia dianggap sudah ahli
5. Referent Power kekuasaan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain dengan imej, kharisma atau keribadian orang itu. Banyak diantara kita menjadi tidak tegas karena berhadapan dengan orang yang kita kagumi.
Sikap berkomunikasi yang paling baik adalah asertif karena sikap ini menunjukkan rasa percaya diri, positif terhadap orang lain, dan memungkinkan orang lain berespon secara spontan, terbuka dalam mengemukakan pendapat, memperlakukan pasangan komunikasi setara tanpa menyakiti hati orang lain maupun diri sendiri.
Sikap asertif dalam berkomunikasi tidak selalu dapat diwujudkan karena adanya gangguan yang bersifat abjektif dan subjektif. Hambatan objektif merupakan gangguan yang tidak sengaja dilakukan, dan hambatan subjektif ialah gangguan komunikasi yang dibuat oleh orang lain atas dasar perhitungan kepentingan dan prasangka.
Tipe-tipe hubungan pesan
Menurut Vandenmark dan leth (1977) dengan komunikasi kita mengembangkan, mempertahankan, dan mengakhiri hubungan. Pesan yang disampaikan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi tersebut tidaklah hanya sebuah isi pesan, melainkan terdapat hubungan pesan. Hubungan pesan menunjuk pada persepsi kita terhadap hubungan yang melandasi pertukaran atau pemakaian esan secara bersama. Terdapat 3 hubungan pesan yaitu :
1. Confirmation : Anda benar atau saya sedang dalam apa yang anda kerjakan
2. Disconformation : terjadi jika anda gagal untuk menyadari kehadiran seseorang
3. Rejection : anda salah atau saya tidak suka dengan apa yang kamu kerjakan
Komunikasi merupakan pemakaian pesan secara bersama, sehingga confirmation tidak selamanya baik dan rejection tidak selamanya buruk, yang jelas kita harus tegas atau bersikap asertif

Rabu, 18 November 2009

Panggung sandiwara

Hidup ini bagaikan penggung sandiwara. Kita berperan sebagai lakon dalam sandiwara ini, sedangkan sutradaranya ialah Allah SWT. Hidup merupakan pilihan, apapu pilihan lakon yang akan kita mainkan, itu adalah jalan terbaik yang ditunjukkan oleh Allah untuk kita. Tak perlu takut memilih.. jalani hidup yang penuh tantangan ini dengan berani dan